Dikisahkan dizaman kerajaan Bani Umayyah dimasa pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan , hiduplah seorang janda miskin bersama tiga orang anak perempuannya yang masih kecil dalam keadaan yang amat memprihatinkan. Pada suatu hari anak anak itu terus menangis tidak berhenti , karena tidak sanggup menahan lapar yang mendera sejak beberap hari ini. Sang ibu terus berusaha membujuk namun anak anak itu terus menangis tidak sanggup menahan rasa lapar.
Si ibu sudah hilang akal untuk membujuk anaknya yang belum mengerti tentang masalah kehidupan. Ia berkata pada anak anaknya :”Tunggulah sampai besok, nanti ibu akan pergi kepejabat Tuan Hakim negeri ini meminta sesuatu dari Baitul mal mudah mudahan ia berbelas kasihan pada kita.”
Keesokan hari si ibu dan anak anaknya yang masih kecil itu datang lebih awal kepejabat Tuan Hakim menunggu kedatangannya. Lama juga mereka menunggu baru Tuan Hakim datang. Melihat ibu dan anak anaknya itu , Tuan Hakim bertanya:” Ada apa kamu sekalian menunggu disini ?”
“Tuan Hakim “ kata ibu itu, “kami sudah beberap hari tidak makan, saya sendiri boleh tahan, namun anak anak saya yang masih kecil ini tidak sanggup bertahan menunggu sampai dapat makanan. Jadi kami datang kesini , semoga ada apa apa makanan yang dapat tuan berikan sedekah kepada kami dari Baitul Mal”
Si ibu sangat mengharap bantuan dari Tuan Hakim, sekurang kurangnya terhadap anank anak yang masih kecil dan belum mengerti masalah kehidupan. “ Baiklah !” Jawab tuan Hakim. “Hari ini kembalilah dahulu, mudah mudahan besok aku bisa memberimu sesuatu” tegasnya.
Wajah ibu itu sedikit cerah, merasa ada sesutu yang dapat diharap untuk melapangkan keadaannya besok hari. Namun demikian ia tetap mencoba memohon pada tuan Hakim agar bantuan itu bisa diberikan hari itu juga , karena ia tidak tahan melihat ananknya yang terus saja menangis.
“Tuan hakim!” rayunya “ Terimakasih atas pertimbangan Tuan yang baik. Tapi kalau boleh bisakah bantuan itu diberikan hari ini juga, karena anak saya sangat lapar sekali. Biarlah saya menunggu agak lambat sedikit asal bantuan itu bisa saya dapat hari ini juga.” Ia memohon dengan penuh harap pada tuan Hakim.
“ Sudahlah , bukankah aku sudah mengatakan agar kalian datang besok saja. Aku ada banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan sekarang. Aku baru saja datang sudah harus menyelesaikan urusan kalian dahulu. “ Tuan Hakim merenggut sambil meminta si ibu mundur dari hadapannya.
Ibu itu tidak punya alasan lain untuk menunggu, ia kuatir jika banyak bicara menimbulkan amarah tuan Hakim, dan tuan hakim berubah fikiran untuk tidak membantunya. Lebih baik ia kembali saja , katanya dalam hati.
Ibu itu menarik tangan anak anaknya untuk pulang, namun anak anak itu malah lebih kuat menangis, karena dilihatnya tidak ada satu bendapun yang diberikan oleh tuan hakim pada ibu mereka. “ Tuan hakim tidak memberikan satu apapun pada kita” Kata anak yang paling besar. “ Dia sibuk hari ini” bujuk ibu mereka. “ “ Bersabarlah mudah mudahan besok ia bisa memberi kita sesuatu” kata si ibu pada anak anaknya.
Pada malam itu si ibu terus berusaha menentaramkan anak anaknya . mudah mudahan besok tauan hakim akan memberikan sesuatu pada mereka dari baitul mal, sehingga mereka tidak akan kelaparan lagi. Anak anak itu masih belujm paham mengapa mereka mesti menunggu sampai tuan Hakim memberi makanan kepada mereka, Namun demikian mereka merasa gembira juga karena ada harapan besok mereka akan mendapatkan makanan dari tuan Hakim. Merekapun tidur dan tidak menangis lagi.
Keesokan hari seperti kemarin mereka datang lebih awal dan menunggu kedatangan tuan Hakim untuk memenuhi janjinya kemarin.
“ Assalamu alaikum tuan Hakim” Kata si ibu menyambut kedatangan tuan hakim
“ Ada apa ini pagi pagi kalian sudah datang kemari” kata tuan hakim
“ Maaf Tuan, bukankah tuan kemarin menyuruh kami datang hari ini untuk menerima bantuan yang tuan janjikan” kata si ibu itu.
“ bantuan yang aku janjikan?” sergah tuan Hakim “ Aku tidak pernah berjanji memberi bantuan pada siapapun”
“ Bukankah saya datang kemarin dengan anak anak saya, dan tuan hakim….”
Belum sempat si ibu menyelesaikan kalimatnya tiba tiba tuan Hakim menghardiknya dengan keras :” Hai pengawal , halau perempuan ini dariu sini “ katanya kepada pengawal.
“ Hai tuan Hakim mengapa tuan bersikap dholim seperti itu” kata ibu itu menggerutu.
“ Pergi saja dari sini , jangan bising” Perintah tuan Hakim lagi.
Dengan perasaan malu dan sedih ibu itu keluar dari tempat tuan hakim. Dia menahan tangis sekuat hatinya. Dia tidak mau menunjukan dirinya rendah dan hina bagai seorang pengemis yang tidak malu merendahkan dirinya. Leka lekas ia pergi dari tempat itu, ia keluar dengan fikiran berkecamuk memikirkan nasib anak anaknya yang sedang menunggu dirumah dalam keadaan lapar. Apa yang harus dikatakan pada anak anak yang belum mengerti apa apa itu.
Ia membelokan langkahnya kesudut kota menuju sederetan rumah tua yang sudah tidak berpenghuni lagi. Rumah itu sudah tua dan banyak yang runtuh tidak terawat ditinggalkan penghuninya. Ia duduk disalah satu pojok rumah untuk menentramkan hatinya yang gundah. Ia terus menangis sepuas puasnya dan mengadukan keadaannya kepada yang mahaKuasa.
“ Ya Allah ya tuhanku, apa yang harus ku katakan pada anak anakku yang masih kecil? Aku tidak sanggup lagi melihat mereka menangiskarena kelaparan. Aku tidak bisa membohongi mereka lagi dengan alasan alasan yang tidak benar. Tuhanku! Berilah aku jalan keluar dari kesempitan ini! Aku sendiripun sudah tidak sanggup menahan derita ini, apalagi anak anaku yang masih kecil dan belum tahu apa apa.”
Ibu itu terus menagis mengadukan keadaannya pada Allah penguasa alam semesta yang Maha Tinggi dan maha menyaksikan keadaan hamba hambaNya.
Diceritakan bahwa dikota itu ada seorang Nasrani yang amat dermawan. Meskipun ia seorang yang beragama masehi, namu ia sering berbelas kasihan kepada orang yang beragama Islam, khususnya mereka yang miskin dan fakir. Ia suka membatu orang yang hidup susah.
Orang Nasrani itu bernama Saiduk, ia mempunyai harta yang banyak dan banyak orang yang bekerja padanya. Kebetulan ia sedang melihat rumah rumah buruk disitu. Mungkin ada satu tujuan bisnis terhadap rumah rumah tua yang telah ditinggalkan penghuninya itu. Dari kejauhan ia mendengar suara tangisan dan rintihan yang menyayat hati.
“ Aku sudah sering datang kemari belum pernah mendengar suara suara seperti ini” katanya kepada beberapa orang pekerja yang datang bersamanya. “ Kalian dengar tidak suara itu” katanya.
“ Ya kami dengar suara tangisan seorang perempuan” jawab seorang pekerja
“ Jangan jangan suara Jin” kata yang lain
“ Eh mana ada Jin siang siang begini “ kata yang lain
Merekapun datang ketempat asal suara itu, mereka dapati seorang perempuan setengah umur yang sedang menangis. Melihat ada rombongan yang datang ibu itupun berhenti menangis. Ia terperanjat. Dari mana orang ini datang , fikirnya
“ jangan takut” kata Saiduk. “Saya saiduk, semua orang disini kenal saya” sambungnya lagi.
Saiduk , saudagar Nasrani itu?” Tanya si ibu
Kenapa Engkau menangis disini? “ tanya Saiduk
“ Tidak ada apa apa “ kata ibu itu
“ Jika tidak ada apa apa tidak mungkin engkau menangis seperti itu, ceritakanlah pada ku mudah mudahan akau bisa menolongmu” Kata saiduk lagi.
Ibu itu lalu menceritakan nasib malang yang dialaminya, Bagaimana dia menderita kesusahan dengan menanggung tiga orang anak perempuan yang masih kecil. Diceritakan juga perlakuan tuan Hakim yang tidak berperikemanusiaan terhadap dirinya.
“ Saya faham “ kata Saiduk . “ Jangan kau menangis lagi, pulanglah nanti aku akan mengirim bantuan padamu” katanya lagi.
Saiduk lalu memanggil pengurus perniagaannya dan berkata
“ Berikan perempuan ini seribu Dinar. Kemudian belikan dia dan anak anaknya pakaian dan segala keperluan rumahnya sekarang juga “ perintahnya.
Ibu itu terkejut melihat seorang Nasrani yang sangat bermurah hati dan berperi kemanusiaan terhadap orang sepertinya. Dia tidak dapat mengatakan betapa besar rasa terima kasihnya terhadap orang yang mempunyai timbang rasa sangat besar itu. Meskipun ia bukan seorang Muslim , namun dia tetap seorang manusia yang mempunyai rasa kemanusia terhadap sesama manusia yang lainnya.
Orang suruhan saiduk itu segera pergi kepasar membeli makanan, buah buahan dan segala keperluan dapur yang diperlukan oleh sebuah rumah tangga berikut pakaian untuk ibu dan anak anaknya itu. Semua itu disampaikan pada hari itu juga. Anak anak ibu itu bergembira melihat barang barang yang belum pernah mereka lihat seumur hidup. Ibu itu juga bergembira dan mulai hari itu dia dan anak anaknya tidak menangis lagi. Di tangannya sudah ada seribu Dinar yang cukup untuk biaya hidupnya selama dua atau tiga tahun.
“ Terimakasih yang setinggi tinginya tolong sampaikan pada Saiduk” kata ibu itu kepada orang suruhan Saiduk.
Kemudian ibu itupun berdoa pada allah swt:
“ Ya Allah ya Tuhanku! Berilah si Saiduk itu hidayah dan taufiq untuk memeluk Islam, dan berilah dia dari kenikmatan kenikmatanMu di Syurga!”
Dikisahkan pada malam itu tuan Hakim bermimpi seolah olah dia sedang berada dihari kiamat. Dihari itu manusia terlalu sibuk dengan keadaannya masing masing mencari perlindungan.
Tuan Hakim dibawa pengawal untuk menuju Syurga, kemudian didalam Syurga itu dia dibawa memasuki sebuah gedung besar yang tinggi dan indah penuh ukiran emas dan permata, dan ditiap jendelanya dihiasai mutiara yang putih berkilau. Diantara dua tingkapnya berdiri seorang bidadari yang bercahaya lebih terang dari matahari, dan lebih menarik dari cahaya bulan.
Ketika tuan Hakim sampai disitu, semua bidadari bidadari itu berteriak dan memalingkan mukanya seraya berkata: “ Celakalah engkau orang yang tak tahu diuntung! Orang yang sial dan merugi, dahulu nkami semua ini adalah kepunyaanmu dan gedung yang indah ini adalah milikmu. Tapi sekarang , alangkah celakanya nasibmu. Semua ini termasuk para bidadari yang ada disini tel;ah menjadi miliki orang lain. Kami semua telah menjadi miliki Saiduk orang Nasrani itu. Sekarang perlgilah engkau dari sini, kami bukan milikmu lagi. Bawa dia kedalam Neraka jahanam “ seru para bidadari itu dengan ramai.
Kemudian tuan Hakim itu dibawa ke neraka dan diperlihatkan tempat tinggalnya disitu.
Sampai disitu tuan Hakim terbangun dan tersadar dari mimpinya. Dia terperanjat dan merasa takut. Apa yang aku lihat dalam mimpi ini, alangkah sialnya nasibku karena perbuatan yang telah aku lakukan. Dia tidak dapat tidur semalam itu memikirkan mimpinya yang menakutkan itu. Mungkin ini karena perbuatanku terhadap terhadap perempuan yang meminta tolong padaku kemarin itu.
Keesokan harinya tuan Hakim serta merta datang kerumah Saiduk orang Nasrani itu. Ia mengetuk pintunya , maka keluarlah penjaga pintu bertanya:
“Oh tuan Hakim, ada apa gerangan pagi pagi sudah sampai disisni” kata penjaga itu
“Mana Saiduk? Panggil dia kemari” kata tuan Hakim
Saiduk keluar dan menyambut tuan Hakim dengan baik:” Silahkan masuk tuan Hakim “ kata Saiduk mempersilahkan tuan Hakimj.
Tuan Hakim masuk kedalam rumah dan dipersilahkan duduk. Dengan tidak sabar tuan Hakim bertanya
“ Adakah kebaikan yang Engkau lakukan semalam?” tanya tuan Hakim
“ Saya memang sering berbuat kebaikan” jawabnya “ kebaikan yang bagaimana maksudmu? “ katanya Saiduk lagi
“Kebaikan apa saja , coba terangkan !” kata tuan Hakim
“ Tadi malam saya minum lebih sedikit, saya mabuk, saya tidak ingat apa apa” Saiduk menjelaskan
“Aku tidak mau tahu tentang apa yang kau perbuat untuk dirimu, aku ingin trahu apa yang kau perbuat untuk orang lain! Coba kau ingat !’ Kata tuan Hakim agak marah.
Saiduk coba mengingat. Mungkin tuan Hakim ingin tahu apa yang akau lakukan terhadap perempuan janda miskin itu katanya dalam hati.
“ Beberapa hari yang lalu aku memang ada berbuat baik pada seorang janda miskin dengan tiga orang anaknya, mungkin itu yang kau maksud?” jawab Saiduk
“ Ya …ya itu “ Jawab tuan hHakim tidak sabar” Apa yang kau lakukjan terhadap mereka” tanya tuan Hakim.
“ Apakah saya salah berbuat baik pada perempuan itu?”
“Bukan begitu , tapi aku ingin tahu apa yang kau berikan padanya” kata tuan Hakim
“ Dia saya dapati menangis dideretan ruamh tua yang saya beli diujung kota. Saya kasihan padanya. Saya berikan makanan, pakaian, dan segala keperluan anank anaknya” kata Saiduk
“ Itu saja yang kau berikan?” tanya tuan Hakim
“Ada lagi “ jawab Saiduk
“ Apa itu” kata tuan Hakim
“saya beri dia seribu Dinar untuk keperluan hidupnya. Saya berikan itu karena Allah, saya kasihan padanya dan anak anaknya yang masih kecil itu. “ kata Saiduk
Tuan Hakim termenung , kemudian menundukan kepalanya . Pada wajahnya tampak seperti orangyang banyak fikiran dan sedih. Saiduk menjadi heran dan mengulang pertanyaannya
“ Tuan Hakim , sebenarnya ada apakah sehingga tuan pagi pagi begini sudah datang ketempat saya ini”
“ Begini Saiduk . Tadi malam aku bermimpi yang amat menyedihkan” katanya tertunduk
“Mimpi yang menyedihkan tuan?” Kata Saiduk heran “ tapi apa hubungannya dengan aku?” katanya lagi
Tuan Hakim tidak punya alasan lain , melainkan terpaksa menceritakan pengalaman mimpinya semalam. Diceritakannya tentang bangunan gedung dan bidadari disurga yang asalnya miliknya namun sekarang sudah menjadi milik Saiduk.
Mendengar cerita itu saiduk terperanjat, kemudian mengulurkan tangannya kepada tuan Hakim
“ Tuan Hakim! Sekarang saksikanlah bahwa saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagiNya, dan bahwasanya Muhammad itu adalah utusan allah, yang diutus membawa agama yang benar”
Tuan Hakim terpaksa menyaksikan keislaman Saiduk. Kemudian dia keluar dari rumah Saiduk denganhati yang gundah. Hatinya hancur , sedih dan menyesal atas perbuatannya yang tidak berperikemanusiaan itu.
Pelajaran dari kisah ini:
- Hindarilah perbuatan dzolim karena perbuatan zholim tersebut dapat menghapuskan pahala kebaikan yang telah diperbuat
- Rasulullah berpesan hati hatilah terhadap doa orang yang teraniaya , karena doa orang yang teraniaya langsung diijabah oleh Allah
- Hidayah itu kepunyaan Allah , orang yang dikehendakinya untuk mendapat hidayah dan petunjuk akan dilapangkan dadanya untuk menerima Islam.
( Sumber kisah sufi dan para Wali Allah)
0 komentar:
Posting Komentar