Merencanakan pernikahan adalah hal yang mulia, namun cukupkah hanya bermodalkan cinta? Membina hubungan pernikahan tidak cukup bila hanya bermodal cinta.
Anggapan yang mengatakan bahwa cinta sudah cukup untuk menjalin
hubungan rumah tangga bisa menjadi sangat menjerumuskan. Bila pasangan tahu
bahwa hubungan mereka hanya bermodal cinta, seharusnya jangan dilanjutkan
terlalu dalam.
Sangat dianjurkan aspek pertama yang harus dipertimbangkan saat
akan menikah adalah akal sehat. Emosi cinta perlu diselaraskan dengan rasional
akal sehat.
“Ih gila ya nggak berperasaan, bukan begitu. Tapi akal sehat harus
dipakai benar-benar. Apalagi perkawinan. Perkawinan itu akal sehat juga harus
jalan, bukan pakai makan perasaan saja,”
Mengapa perasaan bukan dijadikan satu-satunya modal dalam
pernikahan?
Perasaan bisa hanya bertahan sementara dan yang menyelamatkan pernikahan
justru akal sehat.
“Kalau akal sehat nggak dipakai terus cuma rasa aja, terus rasanya
memudar, mau ngapain coba,”
Aspek lain selain akal sehat saat mempertimbangkan akan menikah
adalah kestabilan. Aspek ini bisa meliputi banyak hal. Pertama bisa kestabilan
dalam hal pangan, sandang, dan papan, bukan hanya cinta.
“Cinta kan cukup untuk kita saling memiliki itu cuma ada di lagu
aja. Kalau nggak makan, nggak akan sehat, otak juga nggak jalan, juga nggak
berfungsi,”
Ia melihat banyak pernikahan yang justru berakhir dengan
ketidakstabilan sandang, pangan dan papan. “Bubaran lantaran ternyata laper itu
nggak enak,”
Menurutnya, pasangan juga tidak boleh melupakan kalau menjalin
pernikahan nanti akan dikaruniai anak. Mendampingi setiap perkembangan anak
pasti tidak hanya cukup bermodalkan cinta.
“Memang anak-anak itu bisa dikasih makan atau hidup karena bapak
ibunya saling cinta? Bapak ibunya harus punya akal sehat, supaya tahu bagaimana
bertanggungjawab untuk memberikan kehidupan yang pantas buat anaknya,”
0 komentar:
Posting Komentar