“Gimana ya supaya orang mau mendengarkan apa yang aku katakan? Nggak salah ngomong apalagi salah paham. Lalu mereka melakukan apa yang aku inginkan…” Pernah berfikir seperti itu? Nah, jika kamu punya masalah yang sama, kamu perlu membangun komunikasi efektif.
Hmmm… Apa itu komunikasi efektif? Komunikasi efektif dapat diartikan sebagai proses tersampaikannya tujuan, pesan, gagasan serta perasaan dengan cara yang baik dalam kontak sosial yang baik pula. Kemampuan berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain sangat penting. Nggak hanya dalam acara formal saja tetapi juga di dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, berikut ini ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi kamu.
Mempersiapkan dan Mengenali Medan
Langkah pertama adalah pengenalan dan persiapan. Sebelum berkomunikasi sebaiknya kamu tahu dulu tentang tujuannya. Mengapa harus berkomunikasi? Tujuannya apa? Tulislah di dalam selembar kertas! Nanti silakan dicek apakah tujuannya sudah tercapai atau belum. Ingatlah bahwa kita sering membohongi diri sendiri. Tetapi kertas tidak bisa membohongi diri kita.
Selanjutnya adalah mengenali jenis komunikasi yang akan dilakukan. Apakah itu public speaking, negosiasi, laporan, atau justru komunikasi tulisan. Mungkin juga komunikasi yang akan kamu lakukan hanya sekedar gosip atau basa basi. ^ ^
Kalau kamu sudah tahu tujuan dan jenisnya, kamu perlu tahu isi (ide/pesan) yang akan kamu sampaikan. Topiknya apa? Kemudian, siapa saja yang terlibat? Siapakah kamu (posisi kamu apa) ? Siapa lawan komunikasi? Jumlahnya berapa? Latar belakangnya seperti apa? Pendidikannya bagaimana? Usianya berapa? Di sini, cukup penting untuk memperhatikan demografi khususnya masalah senioritas.
Yang nggak boleh ketinggalan adalah pengenalan situasi dan kondisi. Komunikasi ini dalam rangka apa? Di mana tempatnya? Kondisinya bagaimana? Waktunya kapan? Nah, dengan mempersiapkan dan mengenali terlebih dahulu medannya, kamu bisa menyusun strategi yang tepat. Jadi, bagaimana cara kamu menyampaikannya (how). Cara pendekatannya seperti apa? Tentu saja strategi pendekatan ini akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi medan serta tujuan dari komunikasi itu sendiri.
Miliki Sikap Positif
Setelah persiapannya matang, kamu perlu bersikap positif di dalam berkomunikasi. Milikilah sikap rendah hati, hormat, menghargai, perhatian, dan empati. Yakinlah terhadap apa yang kamu sampaikan. Miliki sikap percaya diri. Menempatkan lawan bicara dalam posisi yang tepat dan adil. Tidak meninggikan, tidak pula merendahkan.
Salah satu sikap positif yang sangat penting adalah menjadi pendengar/penyimak yang baik. Apalagi jika kamu berkomunikasi dialogis. Kamu perlu menjadi pendengar aktif. Tangkaplah pesannya dengan baik. Apa yang dikatakan seseorang mempunyai maksud. Maka tangkaplah maksud itu. Lalu tanggapi. Jangan ragu untuk memuji jika lawan memang baik. Berikan feedback yang positif dengan tulus apa adanya. Jujurlah dan bersikplah positif di setiap komunikasi.
Usahakan lebih banyak mendengar daripada berbicara. Jika tidak bisa mengatakan yang baik, lebih baik diam saja. Hindari perdebatan. Kendalikan amarah dan ego. Bersikaplah tenang. Ajak lawan bicara menuruti keinginanmu dengan cara yang baik.
Memperhatikan Perilaku Eksternal
Ada 7 macam perilaku eksternal yang perlu kamu perhatikan. Terutama jika kamu sedang melakukan public speaking atau presentasi. Perilaku eksternal tersebut adalah: suara, mata, wajah, gerak isyarat, postur, penampilan serta gerakan.
Aspek suara menyangkut nada, kecepatan serta volume. Berbicara terhadap orang tua, anak muda serta anak-anak tentu berbeda dalam hal nada, kecepatan ataupun volume. Aturlah semuanya supaya menarik dan tidak monoton.
Permasalahan mata khususnya kontak mata juga perlu diperhatikan. Ada yang suka ditatap. Ada juga yang tidak. Orang yang suka ditatap matanya merasa dihargai dan diperhatikan eksistensinya. Tetapi jika berlebihan juga tidak baik dan menjadi tidak suka. Orang yang tidak suka bisa menjadi malu dan takut. ^ ^ Oleh karena itu, pengenalan medan sangat penting. Dalam hal kontak mata, bersikaplah proporsional sesuai dengan siapa lawan bicaramu.
Jika kamu yang justru takut melakukan kontak mata, maka gunakan tips klasik. Tatap di daerah T di antara kedua mata lawan bicara. Kamu perlu mempunyai kemampuan ini terutama untuk meningkatkan posisi diri di hadapan atasan / guru kamu yang cukup kuat dan mendominasi.
Selanjutnya, wajahmu akan memainkan peranan penting di dalam membangkitkan antusiasme. Berwajah manis akan sangat membantu. Namun jika berlebihan dan kebanyakan humor, apalagi dalam setting duka (pemakaman) maka hal itu bisa menjadi bumerang. ^ ^
Gerak isyarat untuk memperjelas apa yang kamu sampaikan bisa sangat membantu. Upayakan jangan hanya monoton. Misal, mengepal-ngepal tangan terus tanpa ada variasi. Tetapi jika berlebihan juga jadi mengganggu. Kesannya jadi tidak natural. Seperti acting sinetron. ^ ^
Miliki postur yang baik. Tidak berarti harus tinggi dan langsing. ^ ^ Tetapi postur di sini ibarat pose. Bedanya, pose itu statis sedangkan postur itu dinamis. Kalau kamu pandai berpose di depan kamera, seharusnya kamu juga pandai menggunakan postur di hadapan orang lain. ^ ^
Penampilan yang baik akan membuatmu lebih yakin dan percaya diri. Penampilan bisa memberikan kamu kekuatan. Banyak orang mempersepsikan siapa dirimu dari pakaian yang kamu kenakan. Seorang anak yang berpakaian kumuh, kotor dan acak – acakan dipersepsikan sebagai anak nakal. Begitu juga dengan perempuan yang berpakaian seksi dan mengundang tak pernah dipersepsikan sebagai wanita sholihah. ^ ^ Kadang tidak adil memang. Belum tentu jati diri seseorang sesuai dengan pakaiannya. Namun faktanya begitu. Penampilan luar membentuk persepsi.
Hal lain yang perlu dicatat jika kamu melakukan public speaking ialah: “Sebaiknya berpenampilan lebih baik (lebih formal) atau minimal sama dengan pendengar.” Terakhir, kamu perlu memperhatikan gerakanmu. Jangan hanya berdiam diri di satu tempat saja. Kamu perlu menjelajahi ruangan. Ciptakan kesan bahwa kamu dekat dan memikat. ^ ^ Bangun perasaan bahwa mereka terlibat di dalam pembicaraan itu.
Memanfaatkan Kepribadian dan Alat Bantu.
Ada kepribadian tertentu yang menarik sebagai pembicara. Hal itu adalah aset bagus yang perlu dikembangkan. Namun, bagaimana dengan yang lain? Jangan sekali-kali menjadi Soekarno baru jika berbeda kepribadiannya. Hasilnya justru akan tampak lucu. ^ ^
Yup, jadilah diri sendiri. Apapun kepribadian kamu. Miliki gayamu sendiri. Jadilah unik dan tak terduga. ^ ^ Bangun dengan kreatifitas dan energi. Jaga stamina dengan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup serta olah raga. Kamu akan mempunyai cukup energi untuk menyalakan antusiasme dan menggiring orang kepada motivasi. Mengarahkan pembicaraan kepada aksi.
Supaya pesan kamu lebih mudah diingat, kamu perlu menggunakan alat bantu yang menyentuh berbagai indera. Ingatlah rumus ini: 10% baca 20% dengar 30% lihat 50% lihat dan dengar. Kemajuan multimedia dan TI memungkinkan kita untuk mengkreasi alat bantu yang lebih memikat dan mewujudkan.
Begitulah teori. Namun kehidupan tak seindah teori. Teori komunikasi efektif hanya akan berguna jika sudah diterapkan di lapangan. Pengalaman dan jam terbang jauh lebih penting daripada sekedar tahu teori untuk berkomunikasi efektif. Karena belajar berbeda dengan melakukan. Ya, belajar itu berbeda dengan melakukan. Lalu, siapkah kamu untuk terjun langsung ke lapangan?
0 komentar:
Posting Komentar