Nama aslinya adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Adham Manshur, wafat pada tahun 161 H / 778 M. Dia berasal dari daerah Balkh, putera salah seorang raja.
Pada suatu hari Ibrahim berburu, lalu menerkam seekor musang atau kelinci. Ketika itu ia mendengarkan suara bisikan, “Wahai Ibrahim, untuk inikah engkau diciptakan ? Bukan untuk ini engkau diciptakan. Bukan ini pula kamu diperintahkan”. Suara itu menusuk telinganya hingga menembus jantungnya. Dadanya sesak, nafasnya memburu, penglihatannya nanar. Dia sadar bahwa ini adalah teguran. Ibrahim kemudian turun dari kendaraannya kemudian menuju salah seorang penggembala domba milik ayahnya. Ia mengambil jubah wol milik penggembala dan memakainya sementara kuda dan semua yang dimilikinya diberikan kepada penggembala. Dengan langkah yang mantap kakinya bergerak menuju padang sahara, menyusuri berbukitan pasir, lembah-lembah terjal, hutan-hutan liar hingga sampai di Makkah. Di sana ia tinggal bersama Sufyan Atsauri dan Fudhail bin Iyadh. Pada akhirnya ia pergi ke Syam (Syiria) dan wafat di sana.
Ibrahim lebih suka makan dari hasil kerja tangannya seperti bertani, bekerja di kebun dan yang lainnya. Di padang sahara ia pernah bertemu seorang lelaki yang, mengajarinya Ismu al-A’dham (Asma Allah Yang Agung) lalu ia berdoa dengan asma itu dan tidak berapa lama ia bertemu dengan Khidhir AS dan mengatakan kepadanya, “Yang mengajarimu Asma Allah Al-A’dham adalah saudaraku Dawud AS. “
Ibrahim bin Basyar berkata, “Saya telah bersahabat dengan Ibrahim bin Adham lalu menanyakan kepadanya tentang asal mula taubatnya, ia menjawab dengan cerita seperti itu.”
Doa yang paling sering diucapkannya adalah “Ya Allah pindahkanlah saya dari kehinaan berbuat dosa menuju kemuliaan berbakti (taat) kepada-Mu”.
Diantara mutiara hikmahnya adalah :
Ketika thawaf, ia berkata kepada seorang lelaki, “Ketahuilah bahwa kamu tidak akan mencapai tingkatan orang saleh sebelum kamu melalui enam jalan yaitu :
- 1. Tutuplah pintuk kesenangan dan bukalah pintu kesengsaraan.
- 2. Tutuplah pintu kesombongan dan bukalah pintu kerendahan.
- 3. Tutuplah pintu bersantai dan bukalah pintu perjuangan.
- 4. Tutuplah pintu tidur dan bukalah pintu bangun malam.
- 5. Tutuplah pintu kekayaan dan bukalah pintu kemiskinan.
- 6. Tutuplah pintu harapan dan bukalah pintu persiapan kematian.
Pernah Ibrahim menjaga kebun anggur dan lewatlah seorang prajurit dan berkata, “Berilah kami anggur”. “Pemiliknya tidak menyuruh saya begitu”. Jawabnya. Prajurit itu lantas memukul dan mencambuknya, sementara Ibrahim hanya mengangguk-anggukkan kepala seraya berkata, “Pukulah kepala ini selama ia durhaka kepada Allah”. Akan tetapi prajurit itu tidak mampu memukulnya kemudian pergi.
Sahal bin Ibrahim menuturkan “Saya pernah bersahabat dengan Ibrahim bin Adham. Ketika saya sakit ia membiayai pengobatanku. Ketika saya menginginkan sesuatu ai menjual keledainya lalu uangnya dihabiskan untukku. Ketika saya dihadapannya saya mengatakan, “Wahai Ibrahim, dimanakah keledai itu ?” dia menjawab ringan, ‘saya jual’. ‘lalu saya naik apa ?’ Dia menjawab, ‘Wahai saudaraku, naiklah di atas punggungku. ‘Kemudian ia membawaku ke tiga tempat.’”
0 komentar:
Posting Komentar