Kulit merupakan bagian terluas dari tubuh dan merupakan bagian yang penting bagi setiap individu. Penampilan fisik, khususnya kulitlah yang pertama kali terlihat dan tampak dari luar (baik bagi individu itu sendiri maupun bagi orang lain), sehingga kondisinya lebih segera mempengaruhi pandangan orang lain (dan juga diri sendiri) dan responsnya pun biasanya lebih mendalam dibandingkan dengan penyakit pada bagian tubuh yang lain.
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang kronis dan bersifat kambuhan. Bila seseorang individu mengalami psoriasis, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada penampilan kulitnya, apalagi apabila sudah dialami dalam waktu yang cukup lama, biasanya perubahan-perubahan tesebut akan lebih dirasakan. Dalam menghadapi perubahan tersebut, setiap individu akan berespons dan mempunyai persepsi yang berbeda-beda tergantung pada kepribadian dan ketahanan diri terhadap stress, konsep diri dan citra diri, serta penghayatan terhadap mengalami penyakit tersebut; misalnya ada yang merasa marah karena merasa tidak beruntung, sehingga cenderung menyaalahkan hal-hal atau orang lain di sekitarnya atau menyesali nasibnya mengalami psoriasis; adapula yang merasa bersalah pada diri sendiri, merasa mendapat kutukan Tuhan sehingga merasa sedih dan merasa masa depannya suram. Di lain pihak banyak pula individu yang dapat menerima kenyataan bahwa psoriasis yang dialami sebetulnya tidak berbahaya yang walaupun mengubah penampilan, namun tetap harus dihadapi agar tetap hidup dengan lebih nyaman.
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang kronis dan bersifat kambuhan. Bila seseorang individu mengalami psoriasis, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada penampilan kulitnya, apalagi apabila sudah dialami dalam waktu yang cukup lama, biasanya perubahan-perubahan tesebut akan lebih dirasakan. Dalam menghadapi perubahan tersebut, setiap individu akan berespons dan mempunyai persepsi yang berbeda-beda tergantung pada kepribadian dan ketahanan diri terhadap stress, konsep diri dan citra diri, serta penghayatan terhadap mengalami penyakit tersebut; misalnya ada yang merasa marah karena merasa tidak beruntung, sehingga cenderung menyaalahkan hal-hal atau orang lain di sekitarnya atau menyesali nasibnya mengalami psoriasis; adapula yang merasa bersalah pada diri sendiri, merasa mendapat kutukan Tuhan sehingga merasa sedih dan merasa masa depannya suram. Di lain pihak banyak pula individu yang dapat menerima kenyataan bahwa psoriasis yang dialami sebetulnya tidak berbahaya yang walaupun mengubah penampilan, namun tetap harus dihadapi agar tetap hidup dengan lebih nyaman.
Lalu bagaimana agar bagi sebagian dari kita yang kebetulan mengalami psoriasis, dapat menerima kondisinya dan dapat beradaptasi dengan baik, sehingga tetap dapat beraktivitas dan berfungsi dalam kehidupan sehari-harinya dengan tetap nyaman ? Pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep diri, citra diri serta penerimaan diri terhadap psoriasis agar seseorang dapat tetap percaya diri dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
CITRA TUBUH DAN CITRA DIRI
Citra tubuh adalah persepsi seseorang mengenai tubuhnya, baik bentuk fisik maupun yang dibayangkannya. Misalnya seseorang merasa bahwa tubuhnya itu lengkap atau tidak, atau seseorang merasa bahwa tubuhnya itu tinggi atau pendek, gemuk atau kurus. Perasaan atau persepsi panca indera tersebut dapat merupakan yang sebenarnya atau khayalannya saja, misalnya seseorang merasa gemuk, padahal menurut pandangan orang lain ia tidak gemuk.
Citra tubuh akan mempengaruhi konsep diri seseorang. Konsep diri ini akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Harga diri positif, terciri oleh perasaan bahwa seseorang itu mempunyai kemampuan, dicintai orang lain, menghargai etika dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Bila terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinyapun dapat berubah.
DAMPAK PSIKOLOGIK DALAM PSORIASIS
Pada saat seseorang diberitahu bahwa ia mengalami psoriasis atau sebaliknya, individu tersebut belum mengetahui nama penyakit yang dialaminya tetapi sudah merasakan atau mengalaminya, apalagi sudah mengalami untuk beberapa lama atau bahkan sudah menahun, biasanya akan terjadi suatu proses psikologik dalam diri individu tersebut. Reaksi emosional yang terjadi biasanya melalui 6 tahapan, yaitu :
1. Penolakan (denial)
Yaitu menyangkal atau tidak percaya atau belum menerima bahwa ia mengalami penyakit tersebut
2. Marah
Marah kepada orang lain atau bahkan kepada Tuhan mengapa ia yang harus mengalami penyakit tersebut
3. Depresi
Merasa sedih, merasa bersalah, merasa bahwa ia memang patut mengalami kondisi sakitnya sekarang. Sering juga individu mengkait-kaitkan penyakit yang dialami dengan perbuatannya di masa lalu
4. Kecemasan
Merasa cemas dan tegang setelah mengetahui, menjadi berpikir dan mengantisipasi ke masa yang akan datang, bagaimana menghadapi hidup selanjutnya dengan kondisi yang sekarang dialami tersebut
5. Tawar menawar
Mulai dapat menerima, tetapi di saat yang sama juga masih sulit membayangkan harus mengalami kondisi yang berubah tersebut
6. Menerima
Sudah dapat menerima keadaan yang berubat tersebut, sehingga dapat menjalani hidup dengan lebih nyaman
Berat atau ringannya gejala psikiatrik pada tahapan ini serta lama berlangsungnya setiap tahapan berbeda pada setiap individu, tergantung pada kepribadian (termasuk kemampuan mengerahkan mekanisme mengatasi perubahan karena mengalami psoriasis), daya tahan terhadap stress yang terjadi, serta persepsi tentang perubahan citra tubuh yang terjadi setelah mengalami psoriasis.
Perubahan-perubahan psikologik yang terjadi bersamaan dengan tahapan tersebut di atas setelah seseorang mengalami perubahan-perubahan kulit karena psoriasis, dapat bersumber dari :
1. Diri sendiri
a. Perubahan focus pikiran dan perasaan; setelah mengalami perubahan pada kulitnya, secara sadar dan nirsadar individu menjadi lebih berpikir tentang hal itu karena ia senantiasa melihat kulitnya yang berubah, yang kemudian diikuti dnegan perilaku memandangi diri di depan cermin secara berulang-ulang. Respons psikologik yang terjadi saat itu tergantung pada tahap mana ia sudah melalui tahapan psikologik yang telah disebutkan diatas, bila masih dalam tahap penolakan, mungkin ia akan tidak percaya ketika memandangi dirinya di cermin dan selanjutnya akan menyangkalnya, bila sudah masuk ke tahap depresi, individu akan merasa kehilanagan dirinya yang dulu, sehingga ia dapat menjadi sedih, merasa bersalah bahkan putus asa.
b. Perubahan citra tubuh : setelah menyadari terdapatnya perubahan pada kulitnya yang menyebabkannya menjadi lebih “berpikir” tentang hal itu dan diikuti perilaku bercermin untuk memastikan perubahan tersebut pada tubuhnya, individu akan mengalami perubahan citra tubuh, ia akan merasa tubuhnya berubah, tidak sebagaimana dulu lagi. Respons inipun akan bervariasi pada setiap orang. Ada yang merasa bahwa ia tidak sempurna lagi, namun banyak pula yang walau melihat perubahan tersebut, namun dapat menerima kondisi tersebut.
c. Perubahan citra diri : Citra diri akan mempengaruhi konsep diri seseorang, yang akan mempengaruhi pula penilaian terhadap diri sendiri. Bila penilaian diri itu positif, maka ia akan memiliki harga diri yang positif pula. Bila terjadi distorsi atau perubahan citra tubuh ke arah negatif, akan menyebabkan terbentuknya citra diri yang negatif. Hal ini terjadi lebih karena persepsi dan fantasinya sendiri.
d. Perubahan rasa percaya diri; dengan citra diri yang berubah, individu akan mengalami perubahan harga diri, yang menyebabkan pula perubahan pada rasa percaya dirinya. Ia menjadi tidak percaya lagi pada kemampuan dan potensi dirinya, yang sebetulnya tidak berubah bila orang lain menilainya.
2. Stigmatisasi dari lingkungan
Stigma yang terbutuk karena ketidakmengertian masyarakat tentang psoriasis, ditambah adanya anggapan yang salah bahwa psoriasis itu menular, menyebabkan timbulnya pelbagai perubahan emosional pada individu, antara lain :
a. mengantisipasi penolakan (individu merasa bahwa karena psoriasisnya, orang lain akan menolaknya)
b. Merasa ada defek di dalam diri
c. Merasa malu dan bersalah
d. Hilangnya penilaian positif dan kepercayaan terhadap orang lain
Menurut penelitian, pada individu yang mengalami psoriasis dan mempunyai pekerjaan dan atau mereka yang mengalami psoriasisnya setelah dewasa akan lebih tahan terhadap stigmatisasi
MENGALAMI PSORIASI DENGA TETAP PERCAYA DIRI
Hingga kini penyebab yang pasti dari psoriasis belum diketahui, yang telah diketahui adalah adanya factor-faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kekambuhan oleh karena itu oengobatan yang dapat menyembuhkan pun belum ada. Fakta ini yang harus diketahui oleh seseorang yang mengalami psoriasis dan juga keluarganya
Belum adanya pengobatan yang pasti bukanlah hal yang menghambat kita untuk mengatasi psoriasis. Karena factor-faktor yang mencetuskan sudah diketahui, maka kita dapat berangkat dari factor tersebut. Diantara beberapa factor yang merupakan factor predisposisi, stress merupakan salah satu yang penting (disamping factor genetic dan factor biologik lainnya). Stres atau perasaan tertekan (dalam hal ini karena mengalami psoriasis) dapat mengakibatkan perubahan-perubahan psikologik seperti telah disebutkan sebelumnya. Stress terjadi karena dipicu oleh pengalaman-pengalaman emosional yang membuat individu menjadi tidak nyaman dan harus mengerahkan mekanisme pertahanan psikologiknya secara optimal. Di lain pihak, tidak semua individu yang mengalami psoriasis memerlukan bantuan atau dukungan pihak lain, karena sudah memiliki cara mengatasi ketidaknyamanan psikologik tersebut secara optimal. Walaupun cara tersebut dipengaruhi oleh tipe kepribadian (misalnya ada individu yang lebih sadar akan diri, ada yang lebih peka terhadap komentar dan penolakan), namun terdapat beberapa hal yang dapat diperhatikan dan dilakukan, antara lain :
Membekali diri dengan pengetahuan sebanyak mungkin tentang psoriasis dan selalu berusaha mendapatkan informasi terbaru, dengan demikian kita dapat menjaga diri dengan lebih baik dan dapat berdiskusi dengan teman dengan lebih baik pula
Melatih menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang psoriasis (baik itu berasal dari kelompok studi atau internet,dll) sehingga kita menjadi lebih nyaman berbicara tentang hal itu.
Memfokuskan pada hal-hal yang positif dalam hidup, keluarga, teman-teman, kegemaran, aktivitas yang menyenangkan, mengembangkan bakat yang ada, dll. Cari aktivitas dan kelompok baru bila perlu. Psoriasis memang sesuatu yang tidak mengenakan, tetapi itu hanya merupakan salah satu bagian dari hidup kita. Usahakan tidak membuat psoriasi menjadi pusat perhatian sehingga hidup kit terkonsentrasi disitu.
Melakukan hal-hal yang menambah harga diri dan percaya diri, misalnya menentukan target pribadi dalam apapun (pekerjaan, hidup, dll) memelihara persahabatan dan system pendukung yang lain, merumuskan kembali bahwa psoriasis yang dialami sebagai suatu kondisi medik, bukan sesuatu yang membuat malu.
SIMPULAN :
Psoriasis, penyakit kulit yang menahun dan bersifat kambuhan, belum diketahui penyebab yang pasti dan yang dapat diantisipasi adalah factor-faktor predisposisi. Salah satu factor yang penting adalah penerimaan diri terhadap penyakit tersebut, sehingga tidak terjadi perubahan citra tubuh, citra diri, harga diri dan percaya diri ke arah yang tidak mendukung. Proses penerimaan diri mengalami psoriasis melalui beberapa tahap, yang lama dan derajatnya bervariasi antara satu individu dengan yang lain. Selain itu, karena beberapa saran diatas dapat dipertimbangkan.
0 komentar:
Posting Komentar