Langit biru memayungi kota Amsterdam Utara. Di pekan pertama September lalu, suhu pagi hari itu begitu hangat bersahabat; 27 derajat celcius. Matahari pun tampak cerah memancarkan sinarnya, menyapu embun dingin sisa tadi malam.
Het Twiske masih begitu sunyi. Di Sabtu pagi yang basah itu, hanya beberapa orang terlihat asyik berjoging atau mengayuh sepeda, seperti yang tengah kami lakukan ini. Kayuhan demi kayuhan tak terasa nikmat, menembus jalan-jalan utama kota Ostzaan, lalu masuk ke batas-batas hutan Twiske melalui Fietspad(jalur sepeda) yang begitu rapi dan panjang.
“Kita beruntung, karena sudah beberapa hari ini tidak turun hujan. Dalam cuaca seperti ini, orang-orang di Amsterdam lebih suka pergi ke alam terbuka ketimbang mal,” kata Tjut, mahasiswi Indonesia yang menemani saya mengelilingi Twiske.
Sepintas, profil Twiske mirip betul dengan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Buat Anda yang pernah berkunjung ke kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, profil Twiske lebih mudah terdeskripsi di benak Anda saat ini.
Ibarat paru-paru kota, keberadaan Twiske di tengah kota Amsterdam Utara, yaitu antara Zaandam dan Purmerend, menjadi kawasan “penyegar” dengan pohon-pohon besar membentuk hutan-hutan basah dikitari danau-danaunya nan jernih.
Hutan dan air, itulah Twiske. Mengitarinya dengan sepeda memang sangat menyenangkan, karena dari 650 hektare lahan ini di antaranya adalah air dan danau. Hal itu tentu memberikan peluang kepada wisatawan pesepeda untuk menikmati banyak cara berlibur lainnya di tempat ini, seperti berenang, memancing, berjemur di tepi pasir danau atau berlayar keliling danau.
Belum satu kilo mengayuh, sebuah windmill menarik perhatian kami berdua setelah 30 menit pertama mengayuh sepeda. Berada di tepi danau, bangunan khas negeri Kincir Angin ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri karena letaknya tepat di sebuah persimpangan jalan bagi pesepeda dan pejoging. Tak jauh dari situ, sebuah danau berpasir putih juga asyik dijadikan obat mujarab melepaskan lelah kami berdua.
“Di saat musim panas, di sinilah orang-orang berjemur. Ini memang bukan pantai, tapi orang-orang di sini sangat menikmatinya,” kata Tjut Dwi Septiasari, mahasiswi Indonesia yang tengah bersiap menempuh S-2 bidang pendidikan anak di Universiteit van Amsterdam (UVA).
Nyaris, sejak memasuki kawasan rekreasi alam ini, tak ada sampah terlihat di sepanjang areal kami bersepeda atau menikmati spot-spot pemberhentian di bibir hutan atau tepi danau. Tak tampak pula penjaga pantai berseragam dan bertampang seram mengawasi, karena semua tanda anjuran, larangan, atau keterangan berwisata sudah tersedia.
“Apakah mobil dilarang masuk?” tanya saya.
Tjut menggeleng. Menurutnya, jalur bermobil sudah tersedia dan memang “kurang disukai”. Di sini, jika tidak bersepeda, umumnya wisatawan memilih berjalan kaki atau berkuda. Selain itu, wisatawan yang datang bermobil dikenai biaya parkir. Tak ada petugas jaga parkir, karena parkir di sini dilakukan secara otomatis melalui mesin, yang hasilnya digunakan untuk menjaga area rekreasi.
Selama tiga jam pertama, pengunjung akan dikenakan biaya parkir € 3,50. Untuk tiket harian atau parkir lebih dari tiga jam, Anda akan dikenakan biaya € 6. Namun, khusus bagi yang ingin parkir berlangganan tahunan juga tersedia dan berlaku mulai 1 Mei 2011 hingga 1 Mei 2012 sebesar € 50. Khusus di musim dingin, yang berlaku mulai September 1 sampai 30 April mendatang, biaya parkir sebesar € 27,50.
Boleh jadi, selain alasan ingin lebih sehat, mahalnya parkir juga menjadi pertimbangan orang Amsterdam kurang menyukai cara berwisata menggunakan mobil di tempat ini. Saya pun mungkin berpikir dua kali untuk “gaya-gayaan” pakai mobil ke sini!
Banyak aturan
Keberadaan Twiske dikelola oleh Badan Rekreasi atau Dewan Rekreasi Twiske, yang merupakan kemitraan antara provinsi dan kota Amsterdam Utara, Zaandam, Purmerend, dan Oostzaan. Mulai biaya sampai pengelolaan fasilitas diatur oleh badan ini untuk mempertahankan wilayah yang mereka klaim sebagai “Taman Nasional Twiske” demi kebutuhan masyarakat akan rekreasi dan lingkungan hijau sebagai penyangga kota.
Jam berkunjung, misalnya. Area rekreasi ini hanya bisa diakses mulai pukul 6:00 sampai 23:00 malam. Membawa seekor anjing sebagai “teman seiring” ke kawasan ini juga tak luput dari aturan. Sebutlah misalnya, seekor anjing dilarang dibawa sampai ke kawasan pantai-pantai untuk berselancar. Ini memang sebuah peraturan ketat yang langsung dikeluarkan oleh provinsi Belanda Utara.
Berenang juga begitu, Anda tidak bisa sembarangan. Di semua kawasan ini, Anda diperbolehkan berenang kecuali di molenkom dan pelabuhan-pelabuhan boat. Pada bola pantai ditempatkan garis dengan catatan kedalaman garis bola melebihi 1 meter, sementara kedalaman lini belakang bola adalah sampai 1,50 meter sebagai area dilarang berenang.
“Saya suka memancing di sini, seminggu dua kali. Twiske tempat favorit saya, tentu saja. Hanya saja, jika Anda ingin memancing di sini, Anda harus sudah memiliki sebuah kartus pas yang valid,” ujar seorang pemancing tua sembari melempar kailnya dari sebuah jembatan di tepi danau.
“Mancing malam di sini dilarang. Maka, saya sepuasnya memancing sejak pagi hingga siang atau sore hari,” lanjut dia.
Ia mengatakan, jika Anda ingin memancing di Twiske, Anda harus memiliki sebuah VisPas atau lisensi yang valid. Informasi lebih lanjut mengenai hal ini dapat ditemukan diwww.sportvisseninnederland.nl.
Piknik di beberapa dataran berumput di tepi hutan dan danau pun menjadi kesukaan mereka yang senang melakukannya di tempat ini. Melakukan kegiatan barbeque atau memanggang tidak dilarang. Hanya saja, Anda harus menjaga jarak yang cukup dari tanaman.
Sebagai catatan, barbeque dilarang hanya ketika Anda di kawasan pantai berpasir atau taman-taman bermain petualangan untuk anak-anak. Anda bisa melakukan aktifitas ini di atas tanah terbuka, dan jangan pernah coba-coba meninggalkan sampahnya.
Boleh jadi, di sinilah letak suksesnya Twiske bisa tetap terjaga kelestariannya. Tak perlu penjaga berseragam dengan kumis melintang untuk membuat wisatawan patuh pada aturan, melainkan aturan main yang diperlihatkan jelas pada semua yang datang.
Tips menuju Twiske
- Dari Amsterdam Central Station dan Stasiun Zaandam, Anda bisa naik bus 92 menuju Oostzaan dan berhenti di Kolkweg (pintu masuk utama) atau di Kerkbuurt.
- Dari Kerkbuurt di Oostzaan Anda hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di Twiske. Bisa juga, Anda naik bus 93 dari Amsterdam Central Station ke stasiun bus di Purmerend dan berjalan di sepanjang sisi timur Twiske.
0 komentar:
Posting Komentar